Setelah membaca buku Tuesday with Morrie yang ditulis Mitch Albom aku semakin sadar. Betapa disana-sana membanggakan suatu ilmu yang selama ini telah aku pelajari dari Guru Besarku, Guru Hidupku Muhammad Abdullah Muchtar. Aku jadi geming pada diriku sendiri. Semakin jengah pada tumbuhan disekitarku. Kenapa aku yang langsung mendapatkan ilmu dari Maha Guru Kehidupan ini, tidak sekali pun menuliskan dan menceritakan pada orang lain? Padahal diluar sana banyak orang yang baru mendapatkan ilmu supucuk kuku sudah merasa mendapat suatu keberuntungan yang sangat besar. Aku juga sangat sungkan pada ALLAH. Seolah ada suara gemuruh yang menghardikku dengan lantang. “Betapa bodohnya kau yang membiarkan mutiara dan berlian bertabur disekelilingmu.” Sedangkan aku tak tak tergerak untuk memungut ataupun menunjukkan pada orang lain.
Padahal semua manusia menginginkan dan mengagumi itu semua. Ketika mereka mendapatkan dari orang lain, mereka sudah penuh syukur dan seolah mendapat suatu anugrah yang tak tergantikan. Padahal itu sangat-sangat sedikit. Namun aku, yang mendapatkan sangat banyak tidak menyadari akan hal ini. Betapa bodohnya diriku. Tak kumanfaatkan waktu ku bersama beliau yang sangat berharga itu. Aku lewatkan begitu saja. Namun sekarang aku masih belum terlambat. Aku masih punya waktu untuk berbagi pada mereka yang sangat membutuhkan mutiara-mutiara tersebut. Aku akan berbagi dan menabur berlian-berlian itu.
“Saling mencintai atau mati. Menabur kasih atau punah. Bangkit penuh semangat kasih. Berartinya sebuah maaf. Jangan ikuti budaya pada umumnya, ciptakan budaya sendiri. Harta tidak segala-galanya. Banyak orang mengejar keinginan bukan kebutuhan. Mengendalikan emosi. Tidak bergunanya sebuah keangkuhan dan kesombongan. Mati itu pasti terjadi pada setiap manusia.”
Itu semua adalah hal-hal yang telah diajarkan Guruku jauh sebelum aku mengenal ilmu apapun didunia ini. Malah ilmu yang aku dapatkan dari Guruku lebih mengena pada kehidupan nyata. Dan sangat dalam arti yang terkandung. Rasional, Holistik dan Universal benar-benar nilai ilmu kehidupan yang tak tertandingi. Maka aku mengagumi ada ungkapan berikut “Bapak Guru inilah Gudang dan Gembok Ilmu.”
Beliau adalah sosok bapak, suami, anak, guru, murid, masyarakat teladan sejati yang tidak pernah lapuk dan luntur oleh waktu dan zaman. Pada era 60-an sampai sekarang semua ilmu yang diajarkan tidak ada batasnya. Semakin maju era ini dan semakin canggih ilmu tekhnologi, maka semakin membenarkan ilmu yang telah diajarkan beliau. Kunjungan pun silih berganti karena semata ingin mendengar dan mendapat ilmu langsung dari sang Maha Guru. Dari semua lapisan, kalangan, kelas, kasta, sudra sampai bangsawan kerajaan, awam sampi cendikiawan. Mereka ingin mendapatkan Ilmu yang terpendam namun sangat berkilauan bagaikan diamond.
Decak kekaguman justru datang dari mulut dan ekspresi para penyandang gelar professor, doctor kelas kakap. Para profer itu menemukan suatu ilmu yang diajarkan oleh Guruku setelah melakukan riset yang memakan waktu dan biaya tidak sedikit jumlahnya. Berbagai tempat di dunia menjadi uji coba penelitian. Namun Guruku telah mencetuskan ilmu tersebut tanpa mendatangi pusat kebudayaan dunia, pakar tekhnologi dunia, ilmu sain dunia. Beliau mendapatkan ilmu yang masih orisinil dari yang menciptakan ilmu. Ilmu yang bahkan sampai sekarang masih dipertanyakan oleh para professor itu. Dansekarang, itu sudah terjawab oleh Guruku hanya beberapa menit.
Aku semakin manggut-manggut ketika ilmu-ilmu yang diajarkan Guruku itu dibuktikan dengan suatu riset dan ilmu pengetahuan belakangan ini. Betapa rasional dan harmoni nya penggabungan itu.
Yang lebih mencengangkan, ilmu itu tidak hanya untuk satu kalangan, golongan tertentu, tapi semua lapisan, generasi, golongan, derajat, bisa menerima itu. Malah menghilangkan pembatas-pembatas yang dibuat-buat manusia yang menjadikan manusia itu kikuk dan tidak leluas dalam menetukan sikapnya. Sebuah strata soasil, kelas ekonomi, gender dst yang begitu kolot dan mengatur ruang gerak. Yang menghasilkan percekcokan, perselisihan, permusuhan dan berakibat fatal, saling bentrok, hajar dan pembunuhan.
Maka jika ilmu ini tersebar dan diterapkan diseluruh hamparan bumi ini, maka kedamaian, kerukunan, kenyamanan, keamanan, segera terwujud di muka bumi ini. Dan memang hanya itulah kiranya harapan dan tujuan seluruh manusia di muka bumi ini.
Renunganku di pondokan Abiku, 6 Oktober 2011 11:25